Rabu, 22 Mei 2013

Es di Everest Meleleh


Pemanasan global telah berdampak pada Everest, puncak tertinggi di dunia dengan ketinggian mencapai 8.848 meter di atas permukaan laut, yang berlokasi di Pegunungan Himalaya, perbatasan China dan Nepal.


Dalam sebuah konferensi yang berlangsung di Cancun, Meksiko, Selasa (14/5/2013) kemarin, Sudeep Thakuri dari University of Milan di Italia mengatakan bahwa dalam penelitiannya banyak es di Everest yang telah meleleh.

Diberitakan Livescience, Selasa, pelelehan es yang terjadi di Everest mencapai 13 persen. Sementara itu, batas wilayah bersalju di Everest naik hingga 180 meter. Artinya, semakin sedikit wilayah yang ditutupi salju.

Thakuri dan rekannya melakukan penelitian pada perubahan gletser, temperatur, dan curah hujan di Everest dan sekitar Taman Nasional Sagarmatha, wilayah Himalaya yang dilindungi dan berlokasi di Nepal.

Tim menemukan, gletser di wilayah tersebut telah mengalami penurunan sejak tahun 1962. Lebih lanjut, Thakuri dan rekannya menyatakan bahwa curah hujan telah turun 100 milimeter, sementara temperatur telah naik 0,6 derajat Celsius sejak tahun 1992.

Thakuri menduga bahwa pelelehan yang terjadi di Everest adalah akibat dari pemanasan global. Meski demikian, Thakuri belum bisa menghubungkan secara pasti pelelehan dengan fenomena perubahan iklim.

Turunnya gletser dan pelelehan es di Himalaya menyita banyak perhatian ilmuwan. Banyak yang menyerukan bahwa apa yang terjadi di Himalaya adalah bukti nyata perubahan iklim yang banyak dipengaruhi oleh aktivitas manusia.

Beberapa studi telah mengungkap bahaya dari terus naiknya suhu Bumi. Studi terbaru menyatakan bahwa peningkatan suhu Bumi akan menyebabkan setengah dari total spesies tumbuhan dan sepertiga dari total spesies hewan terancam. Emisi CO2 yang memengaruhi pemanasan suhu Bumi kini telah mencapai titik tertinggi dalam 3 juta tahun terakhir.

Disadur dari: KOMPAS.com

0 komentar:

Posting Komentar